[Translator Cat] Romansa antara Penerjemahan dan Pengeditan

Sering nerjemahin naskah baru itu kaya ketemu gebetan. Awalnya deg-degan. Bingung mau ngapain, berusaha cari tahu semua tentang dia (cari istilah di kamus, artikel, jurnal, sampai tanya sana-sini). Tapi lama-lama akhirnya terbiasa.

Waktu sesi swasunting (self-editing), kita jadi lebih tenang soalnya udah terbiasa. Pas ngetik atau ngedit naskah jadi lebih "lemas" dan nggak kaku. Udah tahu kelebihan dan kekurangan hasil naskah. Udah lebih familier sama istilah-istilahnya. Dan akhirnya jadi lebih nyaman. Tapi waktu ngumpulin naskah ke klien, rasanya kaya abis ketemu calon mertua. Aduh gue udah oke belum ya? Masih ada yang kurang nggak ya? Ada salah ketik nggak ya? Nervous-nervous. 

Dan kalau klien bilang hasilnya udah cukup bagus, atau editor bilang pengeditannya nggak terlalu menyusahkan (karena sudah kita swasunting dulu sebelum dikumpulkan), rasanya pun sueneng banget.

Begitulah... Pekerjaan menerjemahkan itu termasuk keterampilan. Semakin sering dilatih, bisa semakin jago. Tapi... nggak ada kata "cukup" untuk proses penerjemahan. Selayaknya dua orang yang sedang jatuh cinta, mereka harus terus saling belajar memahami satu sama lain.

Love Translator



Previous
Next Post »
Thanks for your comment