Surga Di Bawah Jas Hujan

Surga Di Bawah Jas Hujan

oleh Gusti A.P.


Sore ini aku merasa seperti anak kecil kembali. Menunduk setengah kedinginan di bawah naungan jas hujan sementara ayahku mengendarai motor dan sesekali menyerukan jalan mana yang kami lewati dengan ceria, agar aku tahu bahwa sebentar lagi kami akan mencapai rumah kami yang nyaman.


Di luar jas, hujan mengguyur kota tanpa ampun. Langit maghrib putih total. Jalanan tak lagi tergenang melainkan terendam air. Sesekali cipratan besar seperti ombak memecut trotoar setiap kali ban kendaraan beroda empat menggilas jalan, mengenai siapa saja yang sial saat melaluinya. Tak peduli orang itu tengah mengendarai motor atau berjalan dengan kakinya sendiri. Diguyur hujan seperti ini, siapa pun pasti ingin berpacu untuk pulang.


Picture source: https://www.dreamstime.com/editorial-stock-photo-riding-motorbike-under-heavy-rain-da-nang-vietnam-december-vietnamese-people-full-covered-raincoat-da-nang-vietnam-image60503613

"Candi Bima!"


Kembali ayahku menyerukan nama jalan yang sudah sangat dekat dengan rumah kami. Sambil terus memeluk punggung ayah, di bawah jas hujan kurasa kalaupun jarak rumah kami tiba-tiba menjadi lebih jauh pun aku rela berada terus dalam keadaan seperti ini. Di luar memang dingin, tapi hatiku terasa hangat. Perutku kenyang, dan aku punya punggung besar ayah yang nyaman untuk dipeluk. Apa lagi yang perlu kukeluhkan.


Samar benakku berusaha meraba kapan terakhir kali aku merasa begitu lapar, kedinginan, dan sendirian. Dingin yang sangat dingin meski sebenarnya aku sudah bergelung di dalam selimut tebal paling hangat. Benakku menggapai kekosongan. Segala kenangan menyakitkan seolah sudah tergerus habis oleh tempaan waktu.


Mungkin ini yang dinamakan surga. Manusia selalu seperti itu. Ketika ia senang, ia akan begitu menikmatinya seolah kesedihan tak pernah menyapa. Dan ketika ia sedih, ia akan mengutuk dunia dan Sang Pencipta seolah tak pernah dianugerahi kebahagiaan. Kudengar surgadan neraka yang asli pun begitu. Seseorang yang paling menderita ketika hidup akan langsung lupa dengan segala penderitaannya begitu kakinya menapak di surga. Sebaliknya seseorang yang bergelimang kebahagiaan akan merasa selalu merana di dunia begitu dibukakan baginya pintu neraka. Naudzubillah.


Tapi hari ini, di sore yang dingin dan basah, aku seolah merasa sudah di surga. Meringkuk seperti bayi dalam kandungan. Di bawah jas hujan dan di atas sepeda motor yang melaju di tengah aspal bersungai. Berharap perjalanan ini tak pernah berakhir.


Semoga Tuhan mengisi jiwamu dengan sepersepuluh surgaNya selama engkau hidup, Kawan. Dan memberikan sisanya setelah kau meninggalkan kefanaan. Dan semoga Tuhan melimpahi hati kita dengan rahmat, yang begitu meluap sehingga kita tak tahan jika tidak membaginya dengan orang lain.


24 Januari 2017, Setelah makan ramen bersama rekan-rekan di agensi.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment